Senin, 29 Oktober 2007

Hamba atau Hambatan


Penulis: EDDY SASTRO
Mari kita membuka kitab keluaran pasal 3 ayat... dan 4 ayat...Bapak ibu sebelum kita merenungkan bagian firman Tuhan secara panjang lebar, ada satu pertanyaan yang ingin saya tanyakan terlebih dahulu kepada bapak ibu. Satu pertanyaan yang juga pernah saya tanyakan kebeberapa jemaat pada beberapa waktu lalu. Pertanyaan yang menurut saya sangat sederhana, tetapi ternyata tidak semua orang bisa menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, kira-kira tokoh Alkitab siapakah yang ingin bapak ibu temui ketika nanti berada disorga? sederhana bukan pertanyaannya? Jika pertanyaan yang sama saya ajukan kepada bapak ibu, kira-kira apakah bapak ibu bisa menjawab? Tokoh siapakah yang ingin bapak ibu temui ketika nanti berada disorga?....
Bapak ibu ketika saya mencoba mengajukan pertanyaan yang sama kepada diri saya sendiri? Saya sempat sejenak beripikir ”siapa ya yang ingin saya temui nanti ketika berada disorga? Dan saya menemukan 3 pribadi ingin saya temui ketika nanti berada disorga. Pribadi pertama adalah pribadi yang namanya tidak dituliskan oleh penulis Alkitab tetapi karyanya dicatat oleh penulis Alkitab dan saya menemukan pertanyaan ini ketika membaca kisahnya. dia adalah sang pemilik keledai yang ditunggangi Tuhan Yesus ketika memasuki Yerusalem . Saya kagum keberanian orang ini, berani memberikan keledainya pada orang yang tidak dikenal. Bapak ibu bisa membaca kisahnya dalam Matius 21. Pribadi kedua yang ingin saya temui ketika nanti berada disorga adalah Paulus, bapak ibu saya kagum dengan semangat orang ini, kegigihannya, keberaniannya memberitakan injil, dan ketabahannya menghadapi penderitaan. Penderitaan tidak membuatnya undur dari panggilan Tuhan. Andaikata bisa saya ingin sekali ngobrol dengan dia. Dan pribadi yang ketiga yang saya temui ketika nanti berada disorga adalah Musa.
Siapakah iantara kita disini yang tidak mengenal Musa? Saya yakin setiap kita mengenalnya? Seorang rakyat jelata yang mendapat kedudukan istimewa di kerajaan Mesir. Seorang yang berpendidikan tinggi, Alkitab berkata ia didik dalam segala hikmat orang mesir (Kis.7:22). Dan menurut Josephus seorang sejarahwan yahudi. (A of J, Bk. II, Ch. X) Musa menjadi Jendral tentara Mesir dalam sebuah peperangan penting melawan bangsa Etiopia. Dan di dalam perkembangannya ia menjadi seorang nabi besar, seorang nabi yang memiliki kedudukan yang sangat istimewa dihadapan Tuhan, yaitu sebagai peletak dan penegak hukum Allah. Seorang nabi yang pernah berkomunikasi langsung dengan Allah, berhadapan muka dengan Allah. Bahkan Alkitab mencatat antara Allah dan musa bagaikan seorang teman (Kel. 33:11,Bdk. Bil. 12:8, Ul 34:10). Seorang yang sangat lemah lembut, bahkan dikatakan tidak ada seorang pun dimuka bumi yang seperti dia (Bil. 12:3). Sangat luar biasa, Tetapi taukah saudara didalam perjalan hidup Musa, ia pernah hampir kehilangan segala potensi besar yang ia miliki. Walaupun ia seorang yang berpendidikan baik namun ia pernah mengalami berbagai macam krisis dalam hidupnya ini dapat kita lihat dalam perikop yang baru saja kita baca, dan Krisis yang Musa alami ternyata juga seringkali menjadi krisis saudara dan saya. Krisis apa saja yang dialami musa.

Pertama ia mengalami Krisis Identitas, ini dapat kita lihat dari jawaban Musa ketika menerima panggilan Tuhan. Di ayat 11 kita dapat milihat musa tidak mengiayakan panggilan Tuhan itu, tetapi tidak juga menolak dengan tegas panggilan Tuhan itu. Melainkan dengan bahasa yang sangat halus ia berkata kepada Tuhan ”Siapakah aku ini Tuhan sehingga aku harus menghadap firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir”. Atau lebih sederhananya musa berkata demikian ”Tuhan siapkah aku ini sehingga aku harus mengambil pelayanan ini?”. satu alasan yang juga sering kita dengar hari ini. Bapak ibu kira-kira Kesan apa yang kita tangkap ketika ada seorang berkata demikia ”siapkah saya sehingga saya harus mengambil pelayanan ini”. Menurut bapak ibu, orang ini orang yang bagimana? Menurut saya ada tiga kemungkinan pertama, orang ini orang yang rendah hati, ia tidak sombong. Walaupun ia bisa tetapi ia tidak pernah merasa paling bisa. Kedua kita juga bisa menilai orang ini sebagai seorang yang sombong. Berlagak rendah hati walaupun sebenarnya tinggi hati? Pernah bapak ibu menjumpai orang seperti ini? ketika memujinya Wah kamu cantik ya?dimulut ia berkata ah tidak padahal dihatinya berkata ”baru tahu ya kalau saya cantik”. Ah ibu ini kaya ya bisa jalan-jalan keluar negeri? Di mulut berkata ah tidak ini Cuma kebetulan, padahal dihati berkata baru tahu kalau aku kaya. Sering bapak ibu kita menjumpai orang seperti ini? sering, pernah mengalaminya bapak ibu? Yang ketiga kita juga dapat menilai bahwa orang itu adalah orang yang minder. Orang yang tidak yakin akan potensi dirinya. Orang lain melihat ia punya kelebihan tetapi ia tidak pernah merasa yakin akan kelebihannya. Dan salah satu faktor munculnya perasaan minder adalah kegagalan dimasa lalu.
Pertanyaan sekarang, dari ketiga hal ini manakah yang menurut bapak ibu paling tepat untuk kita kenakan pada musa? Menurut bapak ibu dalam konteks apakah musa berkata ”siapakah aku ini sehingga aku harus menghadap firaun dan membawa orang israel keluar dari mesir.”? rendah hati, sombong atau minder. Manakah yang menurut bapak ibu yang paling tepat? Ya saya sependapat dengan bapak ibu. Ketika musa berkata demikian ia tidak sedang berkedudukan sebagai seorang yang rendah hati atau sombong. melainkan pribadi yang minder atau lebih tepatnya pribadi putus asa karena kegagalan masa lalu.
Dari jawaban ini Mussa seolah-olah ingin berkata Tuhan dengan nada lembut ”Tuhan tidak tahukan Engkau siapakah aku sekarang ini, aku bukan lagi putra mahkota mesir, bukan jendral, bukan pula panglima. Melainkan seorang pelarian, seorang buronan, dan kini hanya seorang penggembala domba.
(saya bayangkan saat kejadian ini baik musa maupun Tuhan sempat terdiam sejenak) Saya membayangkan bapak ibu, Tuhan mungkin terdiam sejenak ketika mendengar jawaban musa ini. Ia tidak langsung meresponi jawaban musa. Demikian pula Musa, ia pun terdiam namun demikian dalam sekejap mata pengalaman pahit kembali memenuhi pikirannya. Peristiwa-demi peristiwa itu kini terpampang sangat jelas dalam pikiranya. Detil pengalaman pahit itu masih tersimpan baik itu dalam benaknya, sangat sulit mungkin untuk melupakannya. Bagaimana kasih dibalas kebencian, perhatian dibalas penolakan, kepahlawanan dibalas pengkhiatan. Dan yang jauh lebih menyakitkan bahwa semua itu dilakukan oleh darang dagingnya sendiri, kaum sebangsanya, orang yang sangat ia kasihi, (Kel. 2:11-22). Dari ke kehidupan kerajaan ia beralih ke kehidupan padang gurun. Jadi dengan demikian kini apalagi yang bisa diharapkan dari seorang musa, ia tidak lagi sekuat dahulu, ia tidak lagu semuda dahulu, sudah terlambat. Ibarat pepatah jawa musa ini pengen nulung tapi malah kepentung. Pernah mengalami peristiwa serupa? Pengeng nulung malah kepentung? Pernah, menyakitkan? Sangat menyakitkan.
Jadi dengan demikian cukup beralasankah jika musa merasa minder? putus asa? kecewa? Apatis? ingin menarik diri? Tidak peduli? Sangat beralasan. Setidak tidaknya padang gurun telah memberikan rasa damai dalam hatinya.
Dan ternyata bapak ibu pertanyaan musa ’siapakah saya?’ menjadi pertanyaan klasik sampai hari ini. setiap kita tanpa kita sadari mungkin pernah mengutip pertanyaan musa ini? entah kita ucapkan dalam konteks kita sebagai orang rendah hati, sombong atau minder, tetapi saya yakin mungkin sebagian kita pernah berkata demikian. Dan jika keminderan yang menjadi alasan kita berkata demikian mari kita lihat jawaban tuhan kepada musa.
Sangat menarik bapak ibu jika kita melihat jawaban yang Tuhan berikan kepada musa, ketika musa berkata ”Siapa saya”? Tuhan ternyata tidak menjawab pertanyaan musa? Tuhan tidak berkata kepada musa engkau orang adalah orang pilihanku, seorang pahlawan yang gagah perkasa atau mantan seorang panglima perang firaun. Melainkan Tuhan justur menjawab ”siapa Aku”. Dengan kata lain Tuhan ingin berkata kepada musa jangan lihat dirimu tetapi lihatlah Aku. (Musa berkata Tuhan, who am I? Tuhan justru menjawab ”it is not about who you are. It is about Who I am). Persoalannya bukanlah siapaka engkau, tetapi siapa Aku. Ayat 14 kekita musa bertanya tentang nama Tuhan Tuhan menjawab Aku adalah Aku.( “I am that I am”). Sebuah jawaban yang mungkin kelihatan aneh. Namun bapak ibu jawaban ini memiliki makna yang sangat dalam. Pertama melalui jawaban ini Tuhan ingin menunjukkan kepada musa bahwa Dia bukanlah cipataan, tetapi pencipta itu sendiri. Ia ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya. Ia mandiri dalam segala hal. Yang Kedua dari nama itu Tuhan ingin menunjukkan Dia adalah Tuhan yang sama, Tuhan yang tidak pernah berubah walaupun zaman berubah. Dari dulu, sekarang, sampai selamanya sama.
Dengan kata lain bapak ibu Tuhan ingin berkata kepada musa jangan terus melihat kegagalanmu, tetapi lihatlah Aku, Siapakah Aku? Inilah yang mungkin ingin Tuhan katakan kepada musa dan juga kepada kita hari ini. kepada bapak ibu, saudara dan saya. dan kalau kita lihat bapak ibu tidak ada seorang tokoh alkitabmu yang tidak pernah gagal, dan Alkitab jujur menceritakan kegagalan mereka. Mengapa Tuhan mengijinkan mereka gagal? Supaya mereka menerima sertifikat kegaglan yang membuat mereka tidak menjadi sombong.

Krisis kedua yang juga pernah dialami musa adalah krisis otoritas. Ini dapat kita lihat dari pasal 4:1, menurut saya saudara pertanyaan musa ini sangat wajar dan cukup beralasan. Ia takut tertolak karena ia pernah ditolak. Sebagai contoh ketika Kita yang pernah nulung tapi kepentung, kira-kira perasaan apa yang muncul ketika kita hendak kembali menolong orang? Tentu takut. Apa yang kita takutkan? Kita takut kalau-kalau pengalaman pahit itu kembali terulang. dan jadi dengan demikian bukankah cukup berasalan saudara jika musa menolak panggilan ini, ini asalan pertama. Alasan kedua karena hari ini dia pun bukanlah siapa-siapa, bukan panglima, bukan raja, bukan pula putra mahkota kerajaan mesir. melainkan seorang penggembala domba. Siapa yang berada dibelakang musa hari ini? jika dilihat sepintas memang tidak ada, tidak ada raja maupun pasukan yang berada dibelangkang untuk mendukungnya. Dan bukankah ini yang sering terjadi banyak orang menjadi berani, bukan karena ia memang memiliki sifat pemberani tetapi karena ada sesuatu yang mendukungnya untuk menjadi berani. Entah itu uang, jabatan, maupun seseorang. Tetapi Musa sama sekali tidak memiliki semuanya itu, Dan yang ia hadapipun bukanlah satu dua orang melainkan satu kerajaan dan bukan sembarang kerajaan, melainkan kerajaan adi daya. Ibarat hari ini yang musa hadapi adalah amerika. Saudara coba bayangkan jika hari ini saudara dan saya berada di posisi musa. Bisakah kita dengan segera mengiayakan panggilan Tuhan ini? Kira-kira kalimat apa yang akan kita katakan pada Tuhan? Nglindur kali Tuhan, mimpi kali Tuhan.
Dan yang lebih gila lagi saudara senjata apa yang Tuhan berikan kepada musa untuk menghadapi mesir? M 16, bazoka, Rudal sebagaimana Rambo menyerbu Vietnam. Tidak tetapi dengan tongkat. Masuk kemedan pertempuran membawa tongkat, Masuk akal? Sangat tidak masuk akal. Tetapi kalau saudara perhatikan ternyata Tuhan sering memakai cara-cara seperti ini. Yang sama sekali tidak masuk diakal. Untuk merobohkan tembok yerikho Tuhan memerintahkan apa kepada Yosua? Berjalan mengelilingi tembok itu satu hari satu putaran. (Yos. 6). Jika bayangkan Tembok Yerikho itu Gor manahan maka tiap hari Yosua mengajak bangsa israel mengelilinya sekali. Bayangkan apa reaksi penduduk Yerikho melihat hal itu? Kira-kira perkataan apa yang keluar dari mulut mereka ketika melihat hal itu? setres kali. Karena belum pernah ada strategi perang seperti itu. Tapi sekali lagi inilah cara Tuhan. Untuk mengalahkan Goliat yang gagah perkasa Tuhan hanya mempersentai daud hanya dengan umban dan tongkat (1Sam 17), dengan ketapel. Senjata yang sangat tidak lazim digunakan oleh seorang prajurit. Sehingga tidak heran jika goliat pun berkata anjingkah aku sehingga engkau mendatangi aku dengan tongat. Tetapi sekali lagi inilah cara Tuhan. Untuk mengalahkan orang median dan amelek yang jumlahnya seperti belalang Tuhan hanya membutuhkan 300 orang pasukan. Dan bahkan Tuhan tidak mengijinkan mereka membawa pedang, tombak, panah, ataupun lembing. Melainkan Tuhan memerintahkan mereka membawa obor, sangkakala (terompet), dan buyung (kendi air). Perang membawa kendi (Hak.7). masuk akal? sangat tidak masuk akal Tetapi Alkitab mencatat saudara melalui cara dan alat yang sederhana itu Allah mampu menjadikannya sebagai senjata yang mematikan, yang mampu memberikan kemenangan besar.
Saudara musa kini memang tidak lagi memiliki otoritas, baik sebagai seorang panglima, atau seorang putra mahkota mesir. Tetapi hari ini sesungguhnya ia memiliki otoritas, yang tidak sebanding dengan otoritas yang ia ketika berada mesir, karena memang tidak bisa dibandingkan. Sebab otoritas yang ia miliki kini tidak diberikan oleh raja dunia, melainkan oleh raja segala raja, Tuhan di atas segala Tuhan. Yang mampu mengubah hal yang biasa menjadi luar biasa. Itu lah sebabnya dihadapan Musa, Ia mendemonstrasikan kuasanya mengubah tongkat menjadi ular, tangan sehat menjadi penuh kusta. Apa tujuan Tuhan melakukan semuanya ini? Tuhan melakukan semuanya ini dengan satu tujuan, yaitu agar Musa percaya bahwa bukan tanpa otoritas ia pergi kemesir. Melainkan otoritas Tuhan semesta langitlah yang ia bawa. Otoritas yang mampu membuat tongkat yang biasa menjadi luar biasa.
Saudara ketika Tuhan memanggil musa hanya ada berapa tanda yang Tuhan berikan pada musa? Atau berapa mujizat yang Tuhan tunjukkan pada musa? Semak yang terbakar tapi tidak terbakar, tongkat menjadi ular, tangan yang sehat menjadi penuh kusta. 3 tanda dan ia percaya. Pasal 4: 20 mencatat pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali kemesir. Tiga tanda mengubah hidup musa. Pertanyaan sekarang berapa tanda yang hari ini saudara dan saya miliki, yang seharusnya dapat membuat saudara dan saya percaya akan otoritasnya? Kurang dari tiga atau lebih dari tiga? Lebih dari 3, bagaimana saudara Tahu? karena hari ini saudara dan saya memiliki Alkitab, buku yang mencatat berbagai macam tanda atau mujizat yang pernah Tuhan lakukan. Dimana semuanya itu membuktikan Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang berotoritas. Tuhan yang mampu membuat yang biasa menjadi luar biasa. Pertanyaannya sekarang bagi saudara bisakah hari ini Tuhan juga membuat kita yang biasa menjadi luar biasa? Bisa, sangat bisa. Jadi dengan demikian adakah sesungguhnya hambatan itu? Sesuatu dapat membuat pekerjaan Tuhan terhambat? Ada yaitu ketika saudara dan saya tidak mau menjadi apa-apa. Pada saat itulah karya Tuhan yang besar dalam hidup kita akan terhambat. Saudara Pasal 4:10 Musa memberikan alasan paling terakhir kepada Tuhan. Satu alasan yang mungkin saja benar. Dia berkata kepada Tuhan bahwa dia aku bukanlah orang yang pandai bicara, seorang yang berat mulut dan berat lidah. Satu alasan yang sangat masuk akal. Tetapi Tuhan memberikan jawaban yang luar biasa, argumentasi yang luar biasa. Ia bertanya pada musa, satu pertanyaan yang tidak mungkin, tidak bisa ia jawab. Tuhan berkata: Siapakah yang membuat mulut? Siapakah yang membuat orang menjadi bisu dan tuli? Dari jawaban ini, seolah-olah Tuhan ingin berkata kepada musa ”argumentmu tidak ada dasarnya”. Sebab yang buat dan tulipun aku bisa memakainya untuk menceritakan kemulianku.
Sebagai penutup bapak ibu, hari ini saya akan memutarkan sebuah film. Film ini singkat namun ketika melihatnya saya diberkati. Sebuah dokumenter tentang seorang remaja putri yang walaupun memiliki berbagai macam kelemahan, namun Tuhan mampu memakainya menjadi alat yang luarbiasa. Kehidupan memberkati banyak orang mari kita lihat? cacat, terbelakang, namun Tuhan mampu memakainya menjadi alat yang luar biasa. Mari saudara selagi ada waktu biarlah kita juga boleh memberikan diri untuk dipakai oleh Tuhan menjadi berkat bagi orang lain. Jangan sia-sia kesempatan yang Tuhan berikan. Selesai dari ibadah ini cari saudari Ana dan ambilah minimal satu jenis dipelayan yang ada gereja kita. Tuhan memberkati.

Rabu, 17 Oktober 2007

Radio Suaka Ambarawa



Temen-temen, hari Senin (15 Oktober) yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi Simon Petrus (Masta 2000) yang melayani di GKMI Pniel-Ambarawa. Dalam pertemuan tersebut, Simon mensharingkan pelayanan radio yang ia mulai sejak Maret 2007 dengan nama Radio Suara Kasih (Suaka), dengan visi "membangun komunitas pembelajar secara holistik yang berfokuskan pada keluarga dengan mengedepankan nilai-nilai kasih, kebenaran, keadilan dan perdamaian".
Radio ini masuk kategori Radio Komunitas, yang jarak siarnya hanya sekitar 2 km. Namun, keberadaannya menjadi berkat bagi orang-orang Kristen di kota Ambarawa.
Radio ini dimulai dengan iman dan berjalan dengan iman. Simon menceritakan kalau awalnya radio ini dimulai dengan modal hanya 250 ribu. Namun, meski, hanya dengan perlengkapan yang sederhana, Simon tetap berusaha untuk mengembangkan materi penyiaran radio ini. Dan, Tuhan menyediakan semua yang ia perlukan.
Saat ini, hanya ada 1 orang tenaga full timer (seorang pemuda yang terbeban dengan pelayanan ini) dan 20 orang tenaga penyiar (amatir) yang tidak digaji, karena tidak adanya dana untuk operasional. Semua murni berjalan dengan konsep pelayanan.
Harapan Simon, ke depan, Tuhan berkenan menyediakan sejumlah dana untuk operasional pelayanan radio ini, khususnya untuk orang-orang yang mendukung pelayanan ini (tenaga full timer dan penyiar).
Kalau teman-teman terbeban untuk mendukung, bisa disalurkan ke rek BCA KCP Ambarawa no rek 3200265491 a.n Agus Wahyudi.

Selasa, 02 Oktober 2007

Kabar dari Alipin



Teman-teman ini foto saya di Penang, Malaysia Baptist Theological Seminary.
Saya sedang ambil program M. A in Holistic Child Development. Teman-teman sekelas terdiri dari belasan negara seperti Malaysia, India, Bangladesh, Vietnam, Philipina, Thailand, Australia, Mongolia, Indonesia, dan lain-lain. Gimana, adakah teman-teman Masta 99 yang ingin berminat dan mau menyusul? Khususnya bagi yang terbeban dalam pelayanan anak. Silahkan hubungi saya ya. Kuliahnya intensif setiap bulan Juni selama tiga kali sebanyak 40 SKS termasuk tesis/projek paper.
Syalom
Alipin

Kamis, 27 September 2007

Para Wanita Masta 99 di Konven Alumni 2007

Senang sekali pada konven alumni 18 September lalu masta 99 bisa bertemu kembali. Sayang sekali acara reuni masta 99 tidak terkoordinir dengan baik hingga akhirnya dibatalkan. Beberapa teman kita sudah ada di kampus sejak hari Senin (17 Sept), sisanya baru berdatangan pada tanggal 18. Ada yang menarik dari masta kita nih, kok yang ikut konven dari masta 99 hanya para wanita yang belum merit? Yang udah merit pada kemana tuh? Kami jadi minder nih.... hee. Kami hanya berempat (Lyantin, Heren, Inge, Eti), ada satu nih anggota yang ga datang, Nona! Hayo, ngaku aja kalau belum merit juga, hahaha. Gawat nih, kalo kejadiannya seperti ini, bisa-bisa konven 5 tahun mendatang diantara kami pada tidak berani datang, hehe. Ce Sun Lie, Kak Wenis (dimaklumi karena baru melahirkan satu hari menjelang konven), Lina Suryani, Yenny Sutanto, Yunike, Yuli Teddy, ce Lies, Kak Ruth de el el.... pada kemana kalian ini?
Kami ditempatkan di kampus baru Tidar, satu kamar. Asyik juga bisa melepas kangen dan ngobrol banyak hal. Sekian berita dari saya. Saya tunggu posting teman-teman lain tentang konven alumni kita. Ada cerita lucu? Ada cerita yang berkesan? Ceritakan di sini ya. (inge_adriana@yahoo.com)

Inge Adriana - Sejarah Pembuatan Blog Masta99



Puji Tuhan
Akhirnya jadi juga blog ini. Mau tahu kenapa tiba-tiba blog ini muncul? Yah, inilah salah satu dampak positif dari konven alumni yang lalu. Masta 99 mulai berbenah dalam urusan komunikasi yang selama ini hilang seiring dengan kesibukan masing-masing. Sederhana saja, siang itu ketua kelas kita (Eti) menginap di tempat saya. Karena ada fasilitas internet gratis maka Eti jadi antusias untuk belajar membuat friendster (menurut saya, ketua kita ini bukan minat pada internetnya, tapi lebih tepatnya minat dengan semua yang gratisan - maaf Bu! hehe). Lalu terpikir untuk membuat friendster masta 99. Tapi menurut saya itu tidak terlalu berguna, lagipula rasanya udah terlalu tua untuk main fs. Akhirnya terpikir membuat blog dan ketika kami sharingkan ini ke Andrew, gayung bersambut.... Andrew antusias sekali. Jadilah blog kita seperti ini. Memulai sesuatu memang mudah, tapi tidak semudah mempetahankannya. Jadi mohon teman-teman masta memanfaatkan blog ini untuk saling berkirim kabar atau berbagi 'hasil karya'. Terima kasih buat Andrew. Saya tunggu berita dari teman-teman yang lain.

Rabu, 26 September 2007

The Will of God

The best way to know God's will is to say "I will" to God (The Bible Friend)

God always gives His best to those who leave the choice with Him (Jim Elliot)

To know the will of God is the greatest knowledge, to find the will of God is the greatest discovery, and to do the will of God is the greatest achievement (George W. Truett)

Senin, 24 September 2007

Ngakak Dulu Ah . . .!

Girl: Do you love me?
Boy: Yes Dear
Girl: Would you die for me?
Boy: No, mine is undying love